Ritual Potong Rambut Gimbal di Negeri Diatas Awan

ritual potong rambut gimbal
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno turut mencukur anak rambut gimbal di Desa Sembungan, Wonosobo (Dok.Disparbud Wonosobo)

WONOSOBO – Ada yang menarik di Desa Wisata Sembungan, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Pasalnya, salah satu event yang telah ditunggu-tunggu oleh masyarakat Wonosobo dan para wisatawan yakni ritual Ruwat Rambut Gembel (Gimbal, red) kembali diadakan pada Minggu (03/07/2022).

Event tersebut disambut antusias oleh warga Wonosobo dan wisatawan yang berkunjung di Desa Wisata Sembungan yang dikenal sebagai desa tertinggi di Pulau Jawa, serta banyak pula yang menyebut Negeri Diatas Awan

Acara ritual potong rambut gimbal pun kali ini terbilang istimewa. Hal itu lantaran Menparekraf Sandiaga Salahudin Uno yang mengunjungi Desa Wisata Sembungan dalam rangka kunjungan 50 besar desa wisata ADWI 2022, juga berkesempatan untuk mencukur rambut peserta rambut gembel.

Dilansir dari laman Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo, hal tersebut merupakan bagian dari rangkaian acara dengan maksud memperkenalkan kembali Ritual Ruwat Cukur Rambut Gembel yang telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda Kabupaten Wonosobo tersebut.

Menparekraf dalam kesempatan tersebut menyampaikan apresiasi kepada Desa Wisata Sembungan.

“Kombinasi antara eco-tourism, dengan ritual budaya rambut gembel merupakan suatu kolaborasi pariwisata alam dan budaya yang fantastis,” ujarnya.

Desa Wisata Sembungan selama ini populer dengan Sunrise tercantik di Asia yang dapat dinikmati dari Bukit Sikunir, ada juga Telaga Cebong, edukasi pengelolaan sampah dan Curug Sikarim.

Kali ini event Ruwat Cukur Rambut Gembel ini juga menjadi bagian dari atraksi wisata budaya di kawasan wisata tersebut dan salah satu event rangkaian acara Hari Jadi ke- 197 Kabupaten Wonosobo

Bagi Desa Wisata Sembungan sendiri, Kegiatan Ruwatan Cukur Rambut Gembel merupakan agenda tahunan yang dilaksanakan oleh Pokdarwis Cebong Sikunir dan Pemdes Sembungan.

Ritual Potong Rambut Gimbal di Negeri Diatas Awan

Prosesi ruwat cukur rambut gimbal ini menjadi atraksi wisata yang menarik wisatawan dari manca negara dan domestik, bahkan banyak yang rela menginap 2 hari sebelumnya agar tidak ketinggalan melihat secara dekat acara yang unik ini.

Bisanya kegiatan ruwatan ini dilaksanakan pada bulan Juli atau Agustus setiap tahunnya.

Mas Menteri dan Wakil Bupati Wonosobo M. Albar berkesempatan mencukur rambut gimbal dari peserta ruwatan tersebut. Mereka juga mengikuti prosesi doa dan larung rambut gembel dengan hikmat.

Keindahan Alam dan Budaya Desa Sembungan Pukau Sandiaga Uno

Menparekraf Sandiaga Uno bahkan terang-terangan mengaku terpukai dengan keindahan alam dan budaya Desa Sembungan.

Produk ekonomi kreatif Desa Sembungan juga beragam. Untuk kuliner ada makanan khas carica, terong belanda, dan purwaceng. Sementara untuk fashion ada topi, syal rajut, batik, hingga kaos. Lalu kriya gantungan kunci, kerajinan kayu dan bambu.

Kelengkapan amenitas Desa Sembungan cukup baik, terdapat toilet, warung makan, camping, dan juga homestay. Untuk biaya sewa homestay per kamar antara Rp 250.000 sampai Rp 400.000.

Legalitas Desa Wisata Sembungan telah di dukung dengan SK Bupati Wonosobo tahun 2020, SK Pokdarwis 2008, SK Kemenkumham 2016 dan SK Pokdarwis 2019, serta SK Pengelola Desa Wisata pada tahun 2020. Sehingga, kelembagaan desanya sudah benar-benar diperkuat legalisasinya.

Pengembangan desa wisata ini menjadi lokomotif dalam menjaga momentum kebangkitan ekonomi pascapandemi. Hal ini dibuktikan dari big data yang diterima Menparekraf bahwa dengan adanya desa wisata, peningkatan ekonomi masyarakat naik hingga 30 persen.

Karenanya Menparekraf berkomitmen untuk terus menggelorakan desa-desa wisata yang ada di Indonesia.

“Berdasarkan big data yang dikumpulkan dari berbagai sumber, kenaikan ekonomi masyarakat dengan adanya desa wisata ini mencapai 30 persen. Ini menjadikan suatu momentum kebangkitan kita. Di tengah pandemi desa wisata menjadi pilihan,” ujar Sandiaga Uno

Baca Juga :  Bersama Tiga Pilar, Bhabinkamtibmas Tempurejo Sambangi Pembangunan Masjid Ad- Darso Mukiyar

“Kita berkomitmen, sudah kita masukkan menjadi program unggulan kita, demokratisasi dari pariwisata ini adalah memberikan dampak pariwisata yang berkeadilan, karena kalau desa wisata ini yang merasakan seluruh masyarakat langsung,” lanjut Mas Menteri Sandiaga Uno

Sementara itu, Wakil Bupati Wonosobo, Albar menyampaikan apresiasi kepada Menparekraf karena bersedia menyempatkan diri untuk mengunjungi Desa Wisata Sembungan. Ia yakin kehadiran Menparekraf membawa berkah dan semangat bagi masyarakat setempat.

“Hari ini Sembungan mendapatkan anugerah dari Allah SWT karena kehadiran Menparekraf beserta jajaran. Yang saya kira menjadi salah satu giat yang penuh barokah. Dan semoga Sembungan jaya,” kata Albar.

Turut mendampingi Menparekraf Sandiaga, Staf Khusus Menparekraf Bidang Pengamanan Destinasi Wisata dan Isu-isu Strategis Kemenparekraf/Baparekraf, Brigjen TNI Ario Prawiseso; Deputi Bidang Pengembangan Destinasi Dan Infrastruktur Kemenparekraf/Baparekraf, Vinsensius Jemadu; Direktur Tata Kelola Destinasi Kemenparekraf/Baparekraf, Indra Ni Tua

Kemudian Kadisporapar Jawa Tengah, Setyo Irawan; Wakil Bupati Wonosobo, Drs M Albar; dan Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Wonosobo, Agus Wibowo.

Fakta Unik Anak Berambut Gimbal di Negeri Diatas Awan

Anak-anak berambut gimbal yang tinggal di Dataran Tinggi Dieng dan sekitarnya, memang unik dan ikonik. Keberadaannya acapkali menarik perhatian para wisatawan.

Dengan rambut yang mirip tali tambang berserat berbentuk anyaman dan dikepang, anak berambut gimbal kerap disebut ‘anak gembel’ lantaran sosoknya sering dikaitkan dengan orang yang jarang mandi dan malas mengurus diri.

Padahal, tidak begitu. Anak-anak gimbal di kawasan Dieng merupakan anak-anak yang terawat, jauh dari kesan gembel. Mereka, bahkan dianggap anak istimewa

Berikut sejumlah fakta unik dan menarik tentang anak berambut gimbal di Dieng, seperti dilansir dari akun Instagram Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo.

  1. Anak berambut gembel/gimbal tidak hanya hanya ada di Dataran Tinggi Dieng, tapi juga tersebar di berbagai wilayah Kabupaten Wonosobo.
  2. Keluarnya rambut gimbal terjadi sedikit demi sedikit secara perlahan. Rambut gimbal pada anak tidak tumbuh secara serta merta dan bukan sudah ada sejak lahir. Munculnya bermula sehelai demi sehelai secara bertahap pada fase kanak-kanak.
  3. Anak berambut gimbal biasanya mengalami demam tinggi dan sakit hingga kejang-kejang ketika rambut gimbalnya tumbuh. Munculnya, diawali dengan sakit pada anak, umumnya sakit panas demam dan dapat berlangsung selama satu minggu. Rata-rata gimbal itu muncul saat anak berusia 1 tahun dan terus bertambah seiring usianya.
  4. Cukuran rambut gimbal tidak dapat dilakukan ketika si anak belum meminta permintaan atas kehendak sendiri dan masih merasa nyaman dengan keberadaan rambut gimbalnya atau tidak dapat dipaksakan.
  5. Anak-anak berambut gimbal di Dieng disebut juga Anak Bajang. Mereka disebut sebagai anak-anak yang terpilih dan istimewa. Menurut masyarakat Dieng, mereka merupakan titisan Kyai Agung Kolo Dete dan Nini Roro Rence, urusan dari sang Penguasa Laut Selatan.
  6. Anak-anak berambut gimbal bukanlah kutukan, namun justru sebaliknya. Untuk itulah semua permintaannya dipenuhi
  7. Saat akan dicukur rambut gimbalnya, anak-anak tersebut meminta permintaan dari yang sederhana namun unik, seperti minta mentok kuning, telur dari ayam hitam, nasi dengan lauk ikan, hingga ada pula yang minta sepeda onthel, sepeda motor, telepon seluler, kambing atau bahkan sapi. Permintaan tersebut, konon bukanlah permintaan dari si anak Bajang, namun permintaan dari Kyai Agung Kolo Dete. (trs)
error: