Status Sosial Mempengaruhi Tingkat Percaya Diri Seseorang Dalam Bergaul

MANADO

SEMARANG, Kemajuan teknologi semakin pesat, bagaikan raksasa yang berlari cepat dan mereka yang tidak bisa mengikutinya akan tertinggal jauh dan dilibas oleh zaman. Kemajuan media terlihat dengan perubahan media analogi menjadi digital melalui kemampuan konvergensi media massa saat ini. Alhasil merubah wajah dan peradaban manusia yang semula lamban dan perlu proses yang lama menjadi begitu mudah dan cepat. Dipahami bahwa dunia saat ini sudah masuk era 4.0 dari era 3.0 dan 2.0, dimana informasi sudah terbagi dan tersimpan di dalam sistem data besar yang dinamakan awan (cloud). Dengan demikian jelas,bahwa tidak mungkin informasi tidak terbagi bagi orang dengan sesama (share). Kondisi ini semakin nyata kebenarannya dengan kehadiran sekolah menengah atas an sosial atau sosial media (social media) yang semakin membuat orang mudah berinteraksi dan berhubungan dengan orang lain satu dengan yang lain.

Dengan adanya media sosial, tidak sedikit pula orang yang sering membandingkan dirinya dengan orang lain. Terkadang bahkan merasa bahwa dirinya rendah dan tidak layak untuk diterima dalam lingkup pergaulan. Hal ni yang kemudian akan timbul banyak sekali kecemasan yang tidak beralasan. Maka dari itu penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai Status Sosial Mempengaruhi Tingkat Percaya Diri Seseorang Dalam Bergaul.

Apa saja pengaruh status sosial terhadap percaya diri seseorang dalam bergaul ??? Bila dilihat sosial media sebagai media massa, maka dari sisi efek media jelas, bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan dari penggunaan sosial media terhadap kepercayaan dalam bergaul remaja yang dalam hal ini adalah siswa-siswi sebuah sekolah menengah atas di Jakarta. Sesuai pendapat Levy (2009:23) disebutkan bahwa ruang pengetahuan dan cosmopedia meramalkan munculnya Wikipedia dan mengantisipasi Wikinomics, dan khasiat bersama sistem pengetahuan terdistribusi. Klaim menyebutkan interaktivitas adalah istilah samar-samar bahwa lebih berkaitan dengan menemukan solusi untuk masalah, kebutuhan untuk mengembangkan cara-cara baru untuk mengamati, desain, dan mengevaluasi metode komunikasi, daripada yang dilakukannya dengan mengidentifikasi, karakteristik unik sederhana yang dapat diberikan ke sistem tertentu.

Namun pada kenytaannya, banyak sekali orang yang menggunakan media sosial sebagai ajang adu nasib. Hal ini didasari atas rasa tidak pernah puas. Karena timbul rasa seperti itu kemudian banyak terdapat halhal yang kurang mengenakkan, dan ujung-ujungnya berpotensi pada gangguan mental seseorang.

Sarana sosial media hanya digunakan sebagai wahana  refreshing  bagi sebagian orang saja bukan menjadi rujukan dan panduan mereka berperilaku. Perilaku beberapa orang menengah atas ternyata tidak terbuka sepenuhnya karena mereka menyadari seberapa bahayanya media sosial apabila mereka menyebarkan identitas mereka kepada khalayak ramai. Namun untuk beberapa penikmat media sosial, tentu menjadi hal yang menarik jika melihat kehidupan seseorang yang berda dalam lingkup mewah. Yang bahkan dengan mudahnya mendapatkan hal-hal dengan harga fantastis. Ketika kenyataan tidak sesuai dengan keinginan maka hal ini yang menjadi ksenjangan sosial dan faktor utama penyebab rasa tidak percaya diri dalam bergaul.

Baca Juga :  Ingin Dapatkan SIM, Coba Ikuti Bimbel Gratis

Sedangkan Pengaruh status sosial dalam pergaulan adalah Ketika berbicara tentang sosialisasi dan kepercayaan dalam bergaul maka ada beberapa konsep dan teori yang digunakan, yakni pemahaman tentang komunikasi sosial itu sendiri. Komunikasi sosial adalah suatu proses interaksi dimana seseorang atau suatu lembaga menyampaikan amanat kepada pihak lain supaya pihak lain itu dapat menangkap maksud yang dikehendaki penyampai. Berbicara komunikasi sosial tidak berdiri sendiri begitu saja, melainkan ada konteks budaya di dalamnya. Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. Budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas.Komunikasi antarbudaya adalah gaya hidup yang relatif khusus dari suatu kelompok masyarakat, yang terdiri atas nilai-nilai, kepercayaan, artefak, cara berperilaku, serta cara berkomunikasi, yang ditularkan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Pada generasi muda jaman sekarang atau yang biasa disebut dengan geng milenial, banyak sekali dijumpai cara komunikasi yang melenceng dari hakikatnya. Dalam pergaulan terkadang timbul rasa saling iri dan tidak mau mengalah. Hal ini timbul lantaran beberapa orang membanding-bandingkan dirinya dengan yang lain dan menganggap bahwa kehidupan sempurna adalah kehidupan yang dijalani oleh orang lain tersebut. Maka dari itu, status sosial sangat berpengaruh dalam pergaulan.

Dari rangkuman tulisan ini, penulis berkesimpulan bahwa pada hakikatnya, manusia memang diciptakan sebagai makhluk sosial. Dengan berpedoman pada pepatah tersebut, maka bisa diyakini bahwa manusia tidak bisa hidup sendiri, selalu berkengantungan dengan orang lain.

Selain itu penulis memberikan saran kepada pembaca atau netizen bahwa tidak semua hal yang ada dimedia sosial sama dengan fakta yang ada dikehidupan aslinya. Harus lebih banyak bersyukur dengan apa yang kita miliki saat ini. Membandingkan diri dengan orang lain adalah seni paling diengaja dalam menyakiti diri. (tim)

 

Sumber :

Effendy, Onong Uchjana.  Ilmu Komunikasi : Teori dan Praktek .Bandung : Remaja Rosdakarya, 2004.

Mulyana, Deddy dan Jalaluddin Rakhmat.  Komunikasi Antar Budaya: Panduan Berkomunikasi dengan Orang-orang Berbeda Budaya.Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001.

Mulyana, Deddy.  Ilmu Komunikasi.Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007.

Rakhmat, Jalaluddin.  Psikologi Komunikasi .Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000.

Sutaryo.  Sosiologi Komunikasi : Perspektif Teoritik. Yogyakarta: Bumi Intaran, 2005.

 

Penulis :

Sony, Akbar, Firman, Andre, Ramadhan

 

 

error: