Peringati Hari Pahlawan, Ganjar Ingatkan Medan Pertempuran Masih Panjang

Malu Kalau Berleha-leha

Ganjar
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo membacakan amanat pada upacara peringatan Hari Pahlawan di Lapangan Pancasila Simpang Lima, Selasa (10/11/2022)

SEMARANG – Di momen Hari Pahlawan, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menegaskan medan pertempuran bangsa Indonesia masih panjang dan berat. Memang bukan lagi di medan perang, namun berjuang dalam bidang pendidikan, pertanian, hingga kelautan di tengah persaingan global yang kian sengit.

Hal itu dikatakan Ganjar melalui amanatnya saat upacara peringatan Hari Pahlawan di Lapangan Pancasila Simpang Lima Semarang, Kamis (10/11). Dia menegaskan, tantangan ke depan justru semakin berat. Potensi kekayaan alam dan sumber daya manusia (SDM) harus dikelola dengan strategi yang benar dan tepat. Sehingga pembangunan dilakukan dengan tidak asal-asalan.

“Di sektor pendidikan misalnya. Jangan sampai mengalami kemunduran karena peraturan atau kebijakan yang selalu berubah,” ucapnya.

Peningkatan kualitas pendidikan, lanjut dia, juga harus dibarengi dengan peningkatan SDM dan infrastruktur. Jika ini bisa berjalan, maka kemakmuran masyarakat bisa terwujud.

Lebih lanjut, Ganjar mengungkap soal sektor pertanian. Menurut dia, bicara pertanian tak cukup hanya soal swasembada atau kemandirian. Namun, bagaimana upaya Indonesia agar mampu jadi negara lumbung pangan dunia.

“Bicara soal subtitusi pangan. Kita punya padi, porang, jagung, sagu, ubi-ubian sampai sorgum. Maka universitas dengan seluruh ilmuwannya harus diberi tugas untuk mewujudkan itu,” tegasnya.

Beberapa pekerjaan rumah yang harus dikebut adalah peningkatan kuantitas dan kualitas produksi. Kemudian melahirkan alternatif atau substitusi bahan pangan, serta mengelolanya agar ditangkap dunia industri.

“Jika dulu nenek moyang kita dijajah karena rempah-rempah, maka saat ini kita mesti meraih kejayaan dengan rempah-rempah atau emas murni dari nusantara itu,” ujar Ganjar.

Selanjutnya adalah potensi dari sektor kelautan. Termasuk di dalamnya ada perikanan, garam, minyak, pasir besi, rare earth, energi surya dan masih banyak lagi potensi lain yang bisa dioptimalkan.

Baca Juga :  Terduga Pelaku Penggelapan Motor Ditangkap Si Pemilik

“Malu sepatutnya dirasakan oleh bangsa kita jika masih berleha-leha dan berpangku tangan. Apalagi jika masih ada yang korupsi, memanfaatkan jabatan dan kekuasaan untuk mengeruk kekayaan pribadi,” tegas Ganjar.

Ganjar lantas menyebut nama salah seorang petani asal Kaliberang, Kendal, Subari. Bahkan, Subari yang pagi tadi juga hadir mengikuti upacara, dipanggil Ganjar untuk ikut naik ke mimbar. Dikatakan Ganjar, Subari adalah salah satu contoh pahlawan masa kini. Dia menghibahkan tanahnya seluas 1.800 meter persegi untuk dibangun embung.

Subari, kata Ganjar, bukanlah tuan tanah. Dia adalah petani biasa yang mengikhlaskan tanahnya. Tujuannya agar embung yang dibangun bisa dirasakan manfaatnya untuk masyarakat dan para petani di daerahnya.

“Malu kita pada Pak Subari. Semua orang memang butuh untuk mencukupi perekonomian dan penghidupan. Tapi beliau berpikir dan berbuat lebih untuk anak cucunya di masa depan, tidak kebingungan mencukupi pengairan untuk lahan pertanian,” tandasnya.

Dalam kesempatan itu Ganjar menyerahkan bantuan kepada Mustaqim. Ia adalah putra mantan gubernur Jateng keempat, Mangun Negoro. Bantuan sebesar Rp 40 juta itu digunakan untuk rehab makam mantan gubernur Jateng yang ada di Solo.

Selain itu, Ganjar secara simbolis juga meresmikan Rumah Kebangsaan Cipayung Plus Jawa Tengah yang diterima langsung oleh kelompok Cipayung Jateng.

Usai upacara, kegiatan dilanjutkan dengan Kirab Kebangsaan yang dimulai dari Balai Kota Semarang. Dalam kirab tersebut diarak bendera merah putih sepanjang 1.001 meter. (*)

error: